This article is taken from my paper presented in my classroom discussion when I was teaching the course Manajemen Pendidikan at Department Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Arrasyid Pondok Pesantren Al-Furqon Driyorejo Gresik East Java Indonesia. It was published in EL-QUDWAH
Journal, Jurnal Penelitian Integrasi Sains dan Islam, published by LP2M UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang Vol. 10, No. 1, April 2015. For a complete text
please click here or visit me in Google Scholar.
ABSTRACT
Education as a team work
related to other components surely needs a professional management. Management
as a vital component in the institution of education can affect the quality of
education output. The excellent outputs are resulted from the good quality of
education itself.
To do so, a plenty of challenges are encountered by the education institution. Therefore, a professional education management is a way to achieve a good quality effectively and efficiently. This paper discusses the nature of management which is implemented in education field, specifically in Islamic education. It is a great wish that the next generations of education such as academicians, educators/teachers, students, student teachers, and/or stakeholders in education field will get the clear picture of the education management. Understanding it comprehensively, they can hopefully implement the knowledge in their own institutions, typically in education institutions or Islamic education institutions. Thus, application of the theory in their real situation will develop the progress of education output as the ideal wish of people.
To do so, a plenty of challenges are encountered by the education institution. Therefore, a professional education management is a way to achieve a good quality effectively and efficiently. This paper discusses the nature of management which is implemented in education field, specifically in Islamic education. It is a great wish that the next generations of education such as academicians, educators/teachers, students, student teachers, and/or stakeholders in education field will get the clear picture of the education management. Understanding it comprehensively, they can hopefully implement the knowledge in their own institutions, typically in education institutions or Islamic education institutions. Thus, application of the theory in their real situation will develop the progress of education output as the ideal wish of people.
Keywords: Nature of
Management, Islamic Education, Islamic Education Management
ABSTRAK
Pendidikan
sebagai suatu team work yang saling berkaitan antara komponen yang satu
dengan komponen lainnya pasti membutuhkan manajemen yang profesional. Manajemen sebagai komponen penting bagi sebuah lembaga pendidikan dapat mempengaruhi kualitas output pendidikan. Output
yang sangat baik dihasilkan dari bagusnya kualitas pendidikan itu sendiri. Untuk
melakukannya, tentunya banyak tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan. Oleh
karena itu, manajemen pendidikan profesional adalah sebuah cara untuk mencapai kualitas
yang baik secara efektif dan efisien. Artikel ini membahas tentang hakikat
manajemen yang diimplementasikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pendidikan
Islam. Sangat diharapkan bahwa generasi penerus yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan seperti akademisi, pendidik/guru, siswa, calon pendidik, dan/atau stakeholders akan mendapatkan gambaran yang
jelas tentang manajemen pendidikan. Dengan memahami
manajemen pendidikan secara komprehensif, harapannya mereka dapat menerapkan pengetahuan itu di lembaga mereka
sendiri, khususnya pada lembaga pendidikan atau instansi pendidikan Islam.
Dengan demikian, penerapan teori manajemen pendidikan pada situasi nyata akan mengembangkan
kemajuan output pendidikan seperti
yang diharapkan masyarakat.
Kata Kunci: Hakikat
Manajemen, Pendidikan Islam, Manajemen Pendidikan Islam
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu ranah yang terpenting
dalam kehidupan manusia. John Locke, penggagas teori Tabularasa/teori
Empirisme, mengatakan bahwa seorang manusia lahir ke dunia pada hakikatnya
masih seperti kertas putih yang belum ternoda sama sekali (Tim MKDK IKIP
Surabaya, 1994). Dalam keadaan seperti inilah kertas putih ini siap untuk
dicoret-coret dengan pena. Artinya bahwa anak yang baru terlahir ke alam dunia
yang fana’ ini siap untuk diajari
oleh sang ibunda tercinta, sang ayahanda, keluarga, tetangga, dan lingkungan
sekitarnya. Dengan pena yang ditorehkan oleh orang tua dan lingkungan
sekitarnya itulah maka anak kecil akan mulai merasakan pendidikan step by step sehingga anak tersebut akan berkembang menjadi seorang
manusia dewasa, yang kelak akan bisa menjadi manusia dambaan orang tua, bangsa,
dan agamanya. Di sinilah pendidikan sangat berperan penting bagi pembentukan
karakter pribadi seseorang sehingga mereka mempunyai kepribadian yang luhur
(berakhlak mulia). Dengan akhlak yang dimilikinya itu mereka selanjutnya akan
bisa bermasyarakat yang kemudian akan terbentuk juga sosial karakternya.
Pendidikan merupakan suatu proses panjang ke depan yang
harus dilalui oleh siapapun yang berkecimpung dalam proses pendidikan baik
berperan sebagai subyek maupun sebagai obyek pendidikan. Dalam lingkup pendidikan Islam, pendidikan
merupakan segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam ke dalam
diri subyek didik. Usaha tersebut dapat dilaksanakan secara langsung maupun
tidak langsung dengan cara mempengaruhi, membimbing, melatih, mengarahkan,
membina dan mengembangkan kepribadian subyek didik. Dengan usaha tersebut
diharapkan terwujudnya manusia muslim yang berilmu, beriman, dan beramal shalih
(Budiman, 2001).
Ketika melihat dan berinteraksi langsung dengan proses
pendidikan di Indonesia dewasa ini rasanya ada perasaan bangga dan sedih. Merasa bangga manakala terlihat kondisi
pendidikan yang mulai bangkit kearah tujuan semula yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa, sebagai bukti misalnya banyak anak didik kita meraih juara dunia di
bidang pendidikan, budaya, teknologi, dan lain-lain. Di sisi lain, akan terasa sedih disaat melihat dan merasakan sesuatu yang terpampang di depan
mata sehingga tidak bisa menutup mata begitu saja.
Fakta menunjukkan
bahwa saat berjalan-jalan
terlihat betapa
gedung sekolah tinggi menjulang, siswa dalam jumlah banyak, setiap tahun guru
baru bisa masuk di sana, namun masyarakat melihat output pendidikannya
di titik rendah. Ada kemajuan dari sisi kuantitas yang tidak dibarengi dengan kemajuan sisi
kualitas. Sebaliknya jika kita melihat sekolah yang gedungnya biasa-biasa saja,
jumlah siswanya relatif menengah dalam arti tidak banyak juga tidak sedikit dalam arti stabil tetapi
bila masyarakat sekitar melihat dan bisa merasakan betapa bagus kualitas output
pendidikan yang dicetak oleh sekolah tersebut, misalnya, para siswanya notabene
sopan santun bila bersua, para gurunya disiplin dan profesional serta berbudi
yang bila berinteraksi secara sosial kemasyarakatan merasa tidak pandang bulu,
dan juga hasil
lulusannya pun bagus dan bisa diterima oleh masyarakat sebagai users.
Dengan demikian nampaklah indikator secara jelas bahwa jika segi
kualitas pendidikan (dimulai dari manajemen pendidikannya) dibangun maka akan
melahirkan generasi-generasi yang handal. Namun sebaliknya, jika ada sisi kualitas yang tidak
dibangun maka harapan untuk mencetak generasi bangsa yang unggul hanyalah sebuah impian belaka.
Dari sedikit
gambaran di atas manakah di antara kedua sekolah yang dipandang tersebut menjadi
idaman bagi masyarakat luas? Tentunya sekolah yang mengedepankan mutu lah yang
menjadi idaman banyak orang termasuk harapan penulis sebagai pendidik atau akademisi. Lagi pula mutu dari segi
kualitas maupun kuantitas yang selalu dikedepankan dalam proses pelaksanaan pendidikan
khususnya pendidikan Islam saat ini.
Pendidikan sebagai suatu team work yang saling
berkaitan antara komponen yang satu dengan komponen lainnya tentu
membutuhkan pengelolaan yang profesional. Manajemen merupakan salah satu
komponen vital bagi sebuah lembaga pendidikan maupun institusi-institusi yang
lain khususnya lembaga pendidikan
Islam. Manajemen yang kurang bagus akan sangat
berpengaruh terhadap mutu atau output pendidikan. Dengan demikian manajemen
pendidikan merupakan suatu keniscayaan yang harus diterapkan dalam dunia
pendidikan Islam saat ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kata
lain bahwa dengan manajemen pendidikan maka pendidikan (khususnya pendidikan Islam) dalam pelaksanaan
tugasnya dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien akan tercapai
tujuannya secara efektif (Mulyati & Komariah, 2009).
Pendidikan dapat dikatakan berkualitas jika berhasil
menelorkan output atau lulusan yang sesuai dengan tujuan atau cita-cita
pendidikan itu sendiri, sedangkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dalam
proses pendidikannya banyak kendala yang dihadapi oleh pihak pengelola pendidikan. Untuk
mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien, maka diperlukan
diantaranya adanya manajemen yang profesional. Dengan melaksanakan manajemen
pendidikan (manajemen pendidikan Islam) tersebut secara profesional, diharapkan
bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pembahasan dalam
artikel ini diangkat dari makalah yang disampaikan dalam diskusi dalam perkuliahan
saat penulis mengampu matakuliah Manajemen Pendidikan di Jurusan Pendidikan
Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Arrasyid Pondok Pesantren
Al-Furqan Driyorejo Gresik Jawa Timur. Sebagaimana diketahui bahwa matakuliah
Manajemen Pendidikan didesain untuk membantu mahasiswa agar dapat mengetahui,
memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip
manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan Islam khususnya dalam aktivitas
pendidikan atau pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran
secara efektif dan efisien (Garis-Garis Besar Rencana Perkuliahan, 2009).
Tulisan ini berusaha mengungkap masalah tentang
bagaimana hakikat manajemen dalam pendidikan di tengah-tengah krusialnya masalah
pendidikan khususnya pendidikan Islam
yang muncul ke permukaan dewasa ini. Sedangkan tujuannya
adalah untuk mengungkap dengan jelas hakikat manajemen yang diimplementasikan
dalam bidang pendidikan khususnya
pendidikan Islam. Tujuan spesifiknya adalah agar calon pendidik, pendidik, akademisi, dan generasi penerus
pendidikan berikutnya bisa menyentuh dan memahami manajemen pendidikan untuk bisa diterapkan dalam dunia pendidikan
Islam.
Dalam pembahasannya
hanya diuraikan mengenai hal-hal yang mendasar, yang sangat urgen dalam
pemahaman menajemen pendidikan diantaranya adalah (1) manajemen dan
manajemen pendidikan yang meliputi
konsep manajemen, manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan Islam, (2) tujuan manajemen
pendidikan, (3) prinsip manajemen pendidikan, (4) fungsi manajemen dalam pendidikan, (5) proses manajemen dalam
pendidikan, dan (6) manajer pendidikan.
B.
MANAJEMEN
DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Sebagaimana pentingnya manajemen dalam organisasi
pendidikan yang sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan dan cita-cita
pendidikan, berikut ini dijelaskan tentang konsep manajemen, manajemen pendidikan, dan manajemen pendidikan Islam.
1.
Konsep
Manajemen
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris
yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti
pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus
Inggris-Indonesia karangan Echols & Shadily (2006:372),
management berasal dari akar kata to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan
memperlakukan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan manajemen sebagai
proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, seni, dan
profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana
orang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih
bermanfaat bagi kemanusiaan (Luther Gulick dalam Sulistyorini, 2009).
Selanjutnya Mary Parker Follet dalam Sulistyorini (2009)
menambahkan bahwa manajemen bisa juga dipandang sebagai seni untuk melaksanakan
pekerjaan melalui orang lain (the art of getting done through people),
artinya bahwa seorang manajer dalam mencapai tujuan organisasi melibatkan orang
lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang telah diatur oleh manajer. Oleh
karena itu ketrampilan yang dimiliki seorang manajer perlu dikembangkan baik
melalui pengkajian dan pelatihan. Seorang manajer harus membekali diri dengan
kemampuan konseptual yang berkaitan dengan planning , organizing, actuating,
dan controlling (POAC), sehingga bisa menguasai seni memimpin yang
berkaitan erat dengan gaya kepemimpinan yang tepat dan dapat diterapkan dalam
berbagai situasi dan kondisi.
Manajemen juga dapat dikatakan sebagai profesi karena
manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer yang
diikat dengan kode etik dan dituntut untuk bekerja secara profesional.
Dikatakan profesional, menurut Robert L. Katz dalam Sulistyorini (2009),
seseorang harus mempunyai kemampuan konsep, sosial, dan teknik. Kemampuan
konsep adalah kemampuan mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem, memahami
perubahan pada setiap bagian yang berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi,
kemampuan mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan
sosial (hubungan manusiawi) diperlihatkan agar manajer mampu bekerja sama dan
memimpin kelompoknya serta memahami anggotanya sebagai individu dan kelompok.
Adapun kemampuan teknik berkaitan erat dengan kemampuan yang dimiliki manajer
dalam menggunakan alat, prosedur, dan teknik bidang khusus, seperti halnya
teknik dalam perencanaan program anggaran, program pendidikan, dan sebagainya.
Stoner dalam Mulyati & Komariah (2009:86)
mendefinisikan bahwa menajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota oraganisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Tentang manajemen ini, Mulyati & Komariah (2009:86)
juga menyatakan bahwa terdapat tiga fokus konsep manajemen, yaitu:
a.
Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu
profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada ketrampilan dan
kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/ketrampilan
teknikal, manusiawi, dan konseptual.
b.
Manajeman sebagai proses
yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktifitas
manajemen.
c.
Manajemen sebagai seni
tercermin dari perbedaan gaya (style)
seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Dari pikiran para ahli tersebut sehingga secara garis
besarnya bisa dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang
menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang di dalam
pelaksanaanya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula
menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang
lain.
Dengan demikian manajemen merupakan kemampuan dan
ketrampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam
upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif, dan efisien.
2.
Konsep
Manajemen Pendidikan
Suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda adalah
manajemen pendidikan. Oleh karena itu tidaklah aneh apabila banyak yang belum
mengenalnya. Istilah lama yang sering dijumpai adalah “administrasi”.
Sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang tidak sama persis. Istilah “adminsitrasi”
cenderung menunjuk pada pekerjaan tulis menulis, sedangkan istilah “manajemen”
lebih cenderung pada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh pimpinan, yang lebih
dekat pada kegiatan sebuah organisasi atau institusi.
Dalam kaitannya
dengan pendidikan, secara sederhana manajemen pendidikan merupakan proses
manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala
sumber secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif. Namun demikian
untuk mendapatkan pengertian yang lebih komprehensif, diperlukan pemahaman
tentang pengertian, proses, dan substansi pendidikan (Mulyati & Komariah,
2009).
Pendidikan merupakan proses timbal balik
antara kepribadian individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan
pendidikan. Di sini mengandung arti bahwa pendidikan merupakan usaha yang
diciptakan lingkungan secara sengaja dan bertujuan untuk mendidik, melatih, dan
membimbing seseorang agar dapat mengembangkan kemampuan individu dan sosial.
Hal ini selaras
dengan apa yang dinyatakan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dengan demikian
pendidikan merupakan suatu sistem terencana untuk menciptakan manusia
seutuhnya. Sistem pendidikan ini mempunyai berbagai bidang garapan dasar yang
dikembangkan, antara lain bidang garapan: peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana dan prasarana, keuangan, kemitraan dengan masyarakat, dan
bimbingan dan pelayanan khusus.
Apabila dikaitkan
dengan pendidikan dan mengadopsi dari pengertian manajemen dari para ahli maka bisa
dikatakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pidarta (1988) menambahkan, manajemen
pendidikan adalah aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan demikian manajemen
pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan
melalui aktifitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan,
pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian,
pengawasan, penilaian, dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan
pendidikan secara berkualitas (Mulyati & Komariah, 2009).
Senada dengan
pernyataan di atas, Mudyahardjo (2008) telah mengelompokkan manajemen
pendidikan dalam sub-sub komponen, yaitu perencanaan, sistem pendidikan menurut
tahap-tahap perkembangan (jenjang pendidikan) dan aspek-aspek pengembangan
(jenis pendidikan), organisasi, administrasi, keuangan, pemasokan tenaga
kependidiidikan, sistem evaluasi, dan penelitian.
3. Konsep Manajemen Pendidikan Islam
Ramayulis (2008) menyatakan bahwa pengertian manajemen yang sama
dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini
merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat
dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT yang artinya:
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi,
kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu (As Sajdah: 5).
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa
Allah SWT adalah pengatur alam (manager).
Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran-Nya dalam mengelola alam
ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai
khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan
sebaik-baiknya sebagaimana Allah SWT mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses
mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara
efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin & Coulter, 2007).
Sedangkan Siagian dalam Syaddad &
Salim (2009) mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan demikian manajemen merupakan sebuah proses
pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama
dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan
produktif.
Sementara itu pendidikan Islam merupakan proses
transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat (Syaddad & Salim, 2009). Pendidikan
Islam pada dasarnya adalah suatu proses mengembangkan fitrah
keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam baik dalam kehidupan pribadi maupun
dalam kehidupan masyarakat. Pengertian ini adalah pengertian pendidikan
Islam dalam perspektif tujuan.
Sedangkan pengertian pendidikan Islam pada
sudut pandang kelembagaan bisa diartikan suatu badan atau lembaga
pendidikan Islam yang melakukan usaha pendidikan Islam dengan tujuan
mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran Islam baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat.
Manajemen pendidikan Islam diartikan sebagai segala
sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan Islam yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yakni
mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat (Syaddad & Salim, 2009).
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen
pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki
(ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain
secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
C.
TUJUAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen dilakukan agar pelakasanaan suatu usaha
pendidikan terencana secara sistematis dan
dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan
secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien.
1.
Produktifitas,
adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh
(output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktifitas
dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output
berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah siswa yang masuk
dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). Produktifitas
dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang melainkan dilihat
dari cara kerja proses pendidikan dan alat-alat pendidikan yang tersedia
sehingga mendapat respon yang positif dari masyarakat dan bahkan mendapat
pujian atas hasil kerja pendidikan. Kajian terhadap produktifitas secara lebih
komprehensif adalah keluaran (output) yang banyak dan bermutu dari
tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
2.
Kualitas,
hal ini menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang
diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/atau jasa (services)
tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan/atau kinerjanya (Pfeffer
& Coote, dalam Mulyati & Komariah, 2009). Jasa/pelayanan
pendidikan atau produk (output pendidikan) harus menyamai atau melebihi
kebutuhan atau harapan pelanggannya (masyarakat luas). Dengan demikian mutu
pendidikan adalah jasa/produk pendidikan yang menyamai bahkan melebihi harapan
pelanggan (masyarakat luas) sehingga mereka mendapat kepuasan.
3.
Efektifitas,
adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.
Keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya atau kesesuaian
hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan (Etzioni & Sergiovani dalam Mulyati
& Komariah, 2009). Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi
manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil
lainnya, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan kelas, hubungan
sekolah dan masyarkatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya yang hasil nyatanya
merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan/kemiripan
antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektifitas dapat juga
ditelaah dari: input yang merata, output yang banyak dan bermutu
tinggi, ilmu dan output yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan
pendapatan tamatan yang memadai (Engkoswara dalam Mulyati & Komariah,
2009).
4.
Efisiensi,
hal ini berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing
things right) sementara efektifitas adalah menyangkut tujuan (doing the
right tings) atau efektifitas adalah perbandingan antara rencana dengan
tujuan yang dicapai. Efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input
(sumber daya) dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila
tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber
daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai
dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.
D.
PRINSIP
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Tentang prinsip manajemen pendidikan, Fattah dalam Mulyati
& Komariah (2009:91-92) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan ke
dalam tiga ranah yaitu:
1.
Prinsip
Manajemen Berdasarkan Sasaran
Bahwa tujuan adalah
sangat esensial bagi organisasi. Hendaknya organisasi merumuskan tujuan dengan
tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman dan nilai-nilai yang
berlaku. Tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi, misi dan
sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan itu harus dirumuskan dalam satu kekuatan
tim yang memiliki komitmen terhadap kemajuan dan masa depan organisasi.
Prinsip manajemen
berdasarkan sasaran sudah dikembangkan menjadi suatu teknik manajemen yaitu MBO
(management by objective) sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan.
Penerapan pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang
beranggotakan unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terdapat stakeholders
(pengambil kebijakan) untuk merumuskan visi, misi dan objective dinas
pendidikan.
Pada tingkat
sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, TU, komite sekolah, siswa,
orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas
rencana startegis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO, yaitu:
a.
Menentukan
hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah.
b.
Menganalisis
apakah hasil itu berkaitan dengan tujuan sekolah.
c.
Berunding
menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan.
d.
Menetapkan
kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran.
e.
Menyusun
tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran.
f.
Menentukan
batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan.
g.
Melakukan
monitoring dan membuat laporan.
2.
Prinsip
Manajemen Berdasarkan Orang
Keberadaan orang
sangat penting dalam organisasi. Karena tanpa orang organisasi bukanlah
apa-apa. Orang adalah penggerak organisasi yang perlu diperhatikan secara
manusiawi kebutuhannya, tuntutannya, keinginannya, aspirasinya,
perkembangannya, dan juga keluhan-keluhannya.
Manajemen
pendidikan berdasarkan orang adalah suatu aktifitas manajemen yang diarahkan
pada pengembangan sumber daya manusia. Manajer percaya bahwa perubahan
organisasi dimulai dari perubahan perilaku yang akan berpengaruh terhadap
perubahan sistem, struktur, teknologi, startegi dan tujuan organisasi. Aplikasi
prinsip ini adalah memberikan peluang yang besar kepada staf untuk meningkatkan
kemampuan melalui pelatihan/penataran atau studi lanjut. Di samping itu,
manajer melaksanakan pelayanan manajerial berdasarkan menegerial
effectiveness yang disesuaikan dengan kematangan staf.
3.
Prinsip
Manajemen Berdasarkan Informasi
Banyak aktifitas
manajemen yang membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan akurat.
Suatu aktifitas pengambilan keputusan sangat didukung oleh informasi begitupun
untuk melaksanakan kegiatan rutin dan insidental diperlukan informasi yang
telah dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan manajer dan pengguna
mangakses dan mengolah informasi.
E.
FUNGSI
MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN
Menurut Mulyati & Komariah (2009) manajemen hadir dalam
organisasi adalah untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan
efektif dan efisien. Fungsi manajemen dapat ditelaah dari aktifitas-aktifitas
utama yang dilakukan para manajer yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
Dengan mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, maka fungsi
manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah
melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing, coordinating, leading
(facilitating, motivating, innovating), reporting, dan controlling.
Namun dalam operasionalnya dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen pada
tingkat/level makro/messo seperti Departemen dan Dinas dengan melakukan fungsi
manajemen secara umum dan fungsi manajemen pada level institusi pendidikan
mikro yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing,
motivating, innovating, dan controlling.
Fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan staf, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan
merupakan esensial pada setiap organisasi tidak terkecuali organisasi pendidikan.
Namun dalam menginterpretasikan actuating pada dunia pendidikan lebih
disesuaikan dengan karakteristik lembaga dunia pendidikan.
Pada dunia
pendidikan, istilah directing lebih tepat menggunakan leading
dengan perluasan peran motivating dan facilitating. Pemakaian
istilah motivating dan facilitating lebih filosofis dibandingkan
dengan istilah directing. Motivating
mengandung makna membangun kepercayaan diri agar seluruh potensi dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Selanjutnya dalam manajemen
pendidikan fungsi kepengawasan dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan
manajerial. Pada level sekolah, pengawas lebih berperan sebagai “quality
assurance” dengan tugas supervisi sebagai upaya pembinaan terhadap staf
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan.
F.
PROSES
MANAJEMEN
Sebagaimana
dijelaskan dalam konsep di bagian atas bahwa manajemen merupakan suatu proses
yang sistematis dalam melakukan kegiatan organisasi. Proses manajemen secara
umum mengikuti langkah-langkah merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan (Mulyati & Komariah, 2009).
1.
Merencanakan
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang
akan dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah
suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan
sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
Merencanakan pada dasarnya membuat keputusan mengenai
arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah
dan teknik/metode yang dipilih untuk digunakan. Rencana mengarahkan tujuan
organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur itu
dapat berupa pengaturan sumber daya dan penetapan teknik/metode. Keberadaan
suatu rencana sangat esensial bagi organisasi karena rencana berfungsi untuk:
a.
Menjelaskan
dan merinci tujuan yang ingin dicapai.
b.
Memberikan
pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
c.
Organisasi
memperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakannya sesuai tugas pokok
fungsi yang telah ditetapkan.
d.
Menjadi
rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktifitas yang konsisten prosedur
dan tujuan.
e.
Memberikan
batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana.
f.
Memonitor
dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif sehingga bisa menemukan dan
memperbaiki penyimpangan secara dini.
g.
Memungkinkan
untuk terpeliharanya persesuaian antara kegiatan internal dengan situasi
eksternal.
h.
Menghindari
pemborosan.
2.
Mengorganisasikan
Setelah mendapat
kepastian tentang tujuan, sumber daya dan teknik/metode yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut, lebih lanjut manajer melakukan upaya pengorganisasian
agar rencana tersebut dapat dikerjakan oleh orang ahlinya secara sukses.
Stoner dalam Mulyati
& Komariah (2009) menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah proses
mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur
guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran. Dengan demikian mengorganisasikan
berarti:
a.
Menentukan
sember daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
b.
Merancang
dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu membawa
organisasi pada tujuan.
c.
Menugaskan
seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas dan fungsi
tertentu.
d.
Mendelegasikan
wewenang kepada individu yang berhubungan dengan keleluasaan melaksanakan
tugas.
Mengorganisasikan
sangat esensial dalam manajemen karena membuat posisi orang jelas dalam
struktur dan pekerjaannya dan melalui pemilihan, pengalokasian, dan
pendistribusian kerja yang profesional, organisasi dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
Dalam mengorganisasikan
seorang manajer jelas memerlukan kemampuan memahami sifat pekerjaan (job specification)
dan kualifikasi orang yang harus mengisi jabatan. Dengan demikian kemampuan
menyusun personalia adalah menjadi bagian pengorganisasian.
3.
Memimpin
Memimpin institusi pendidkan lebih menekankan pada upaya
mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok
fungsinya dengan baik. Menurut Stoner dalam Mulyati & Komariah (2009),
memimpin adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan
dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi.
Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila
ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa dapat
menjadi pengarah yang didengar ide dan pemikirannya oleh para anggota
organisasi. Hal ini tidak semata-mata mereka cerdas membuat keputusan tetapi
dibarengi dengan memiliki kepribadian yang dapat dijadikan suri tauladan.
4.
Mengendalikan
Mengendalikan institusi
pendidikan adalah membuat institusi berjalan sesuai dengan jalur yang telah
ditetapkan dan sampai kepada tujuan secara efektif dan efisien. Perjalanan
menuju tujuan dimonitor, diawasi dan dinilai supaya tidak melenceng atau keluar
jalur. Apabila hal ini terjadi harus dilakukan upaya mengembalikan pada arah
semula. Dari hasil evaluasi dapat dijadikan informasi yang harus menjamin bahwa
aktifitas yang menyimpang tidak terulang kembali.
Pengendalian adalah
proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang
direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen, yaitu:
a.
Menetapkan
standar kinerja.
b.
Mengukur
kinerja.
c.
Membandingkan
unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan.
d.
Mengambil
tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan.
G.
MANAJER
PENDIDIKAN
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2009) menyatakan
bahwa para manajer pendidikan pada tingkatan pengelola sistem pendidikan
nasional adalah seorang policy maker bagi segala kegiatan yang harus
dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, baik di
lingkungan organisasi sistem pendidikan, maupun pada lingkungan organisasi
satuan pendidikan. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang menyangkut substansi
(bidang garapan) manajemen pendidikan sangat tergantung kepada putusan-putusan
yang ditetapkan oleh para manajer pendidikan sebagai pimpinan dan penanggung
jawab kegiatan manajemen.
Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan pendidikan
nasional maupun tujuan kelembagaan sekolah akan banyak dipengaruhi oleh
ketrampilan-ketrampilan (skills) dan wawasan (vision) yang
dimiliki oleh manajer pendidikan dalam melaksanakan tugas, peranan dan fungsinya
sebagai manajer pendidikan. Apabila manajer pendidikan memiliki visi, wawasan
dan kemampuan-kemampuan profesional yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya
sebagai pimpinan dan penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan nasional, akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan secara efektif. Setiap
peran ataupun tugas yang harus dilaksanakan para manajer pendidikan sebagai pimpinan sekolah menuntut sejumlah ketrampilan
(skills) khusus yang memungkinkan dapat melaksanakan tugas atau
peranannya secara efektif.
Terkait dengan peran ataupun tugas manajer/pemimpin
pendidikan, Prabowo (2008) menambahkan bahwa pekerjaan memimpin merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan manusia yakni memimpin berarti memimpin
manusia, bukan benda, barang atau hewan. Karena obyeknya adalah manusia maka pemimpin
sebagai manajer pendidikan harus mampu memperbaiki gaya berfikir manusia yang
dipimpinnya dengan cara merubah peta berfikirnya atau juga disebut dengan mindset. Dengan demikian, agar sumber daya manusia (SDM) suatu lembaga yang
dipimpinnya menjadi SDM yang unggul maka mindset
orang-orang yang ada dalam lembaga tersebut harus dirubah dan dikembangkan untuk dapat menjadi SDM yang unggul.
Itulah sebabnya sebuah lembaga
pendidikan yang mempunyai manajer/pemimpin pendidikan yang hebat maka lembaga
tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu, jika sebuah
lembaga pendidikan memiliki manajer/pemimpin pendidikan yang baik dan sekaligus
memiliki kemampuan manajerial yang handal maka dapat dipastikan bahwa perkembangan
lembaga tersebut akan sangat cepat untuk mencapai keunggulan.
H.
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka bisa ditarik benang
merahnya, yaitu bahwa manajemen dalam pendidikan sangatlah esensial di dalam
proses pendidikan terutama kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah, khusunya bila manajemen
tersebut diimplementasikan dalam dunia pendidikan Islam. Dengan adanya
manajemen pendidikan, maka pelaksanaan tugas pendidikan Islam dengan
mendayagunakan segala sumbernya secara efisien yang dilaksanakan dengan professional
akan bisa mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Hal ini mengacu dari
konsep manajemen pendidikan yang merupakan suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia
yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan sebelumnya, efektif dan efisien.
Dengan memahami
manajemen pendidikan secara komprehensif, maka perlu diperhatikan dan
direnungkan bahwa sebagai bagian dari sekelompok manusia yang cinta pada pendidikan
khususnya pendidikan Islam, baik itu sebagai calon pendidik, pendidik,
akademisi, kepala sekolah, dan/atau stakeholders pada institusi pendidikan, kiranya patut direkomendasikan untuk
mengaplikasikan pengetahuan tentang manajemen ini pada institusi pendidikan Islam
dimanapun
berada.
Sangat diharapkan bahwa dengan menerapkan teori manajemen pendidikan dalam dunia pendidikan yang sebenarnya, secara
real application, tentunya akan dapat meningkatkan
kemajuan output pendidikan Islam sebagaimana menjadi idaman masyarakat
luas. Dengan adanya perkembangan pendidikan Islam itulah, maka kiranya benar-benar membuktikan bahwa mereka menjadi bagian dari
masyarakat luas yang dikategorikan mampu berperan aktif, turut andil, secara
optimal dalam menciptakan nuansa perkembangan
pendidikan nasional di negeri yang tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, M. N. (2001). Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta: Madani Press.
Echols, J. M. & Shadily, H.
(2006). Kamus Inggris-Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Garis-Garis Besar Rencana
Perkuliahan Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010. Gresik: STAI Arrasyid
Pondok Pesantren Al-Furqan Driyorejo Gresik.
Mudyahardjo, R. (2008). Filsafat
Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyati, Y. S. & Komariah, A.
(2009). Manajemen Sekolah. Dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan (h. 85-102). Bandung: Alfabeta.
Pidarta, M. (1988). Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.
Prabowo, S. L.
(2008). Manajemen Pengembangan Mutu
Sekolah/Madrasah. Malang: UIN Malang Press.
Ramayulis. (2008). Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Robbin & Coulter. (2007). Manajemen
(edisi kedelapan). Jakarta: PT Indeks.
Sulistyorini. (2009). Manajemen
Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras.
Syaddad,
A. F. & Salim, A. (2009). Pengertian, dan Fungsi-Fungsi
Manajemen Pendidikan Islam (online). URL: http ://mpiuika.wordpress.com.
(Diakses pada tanggal 1 April 2009).
Tim Dosen
Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Tim MKDK IKIP Surabaya. (1994). Pengantar
Pendidikan. Surabaya: University Press IKIP Surabaya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (online). URL: http://www.dikti.org/UUno20th2003.Sisdiknas.htm.
(Diakses pada tanggal 1 April 2009).
0 comments:
Post a Comment