Monday 18 November 2013

Hakikat Manajemen dalam Pendidikan: Sebuah Pengantar Memahami Manajemen Pendidikan Islam

This article is taken from my paper presented in my classroom discussion when I was teaching the course Manajemen Pendidikan at Department Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Arrasyid Pondok Pesantren Al-Furqon Driyorejo Gresik East Java Indonesia. It was published in EL-QUDWAH Journal, Jurnal Penelitian Integrasi Sains dan Islam, published by LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Vol. 10, No. 1, April 2015. For a complete text please click here or visit me in Google Scholar.

ABSTRACT
Education as a team work related to other components surely needs a professional management. Management as a vital component in the institution of education can affect the quality of education output. The excellent outputs are resulted from the good quality of education itself.
To do so, a plenty of challenges are encountered by the education institution. Therefore, a professional education management is a way to achieve a good quality effectively and efficiently. This paper discusses the nature of management which is implemented in education field, specifically in Islamic education. It is a great wish that the next generations of education such as academicians, educators/teachers, students, student teachers, and/or stakeholders in education field will get the clear picture of the education management. Understanding it comprehensively, they can hopefully implement the knowledge in their own institutions, typically in education institutions or Islamic education institutions. Thus, application of the theory in their real situation will develop the progress of education output as the ideal wish of people.

Keywords: Nature of Management, Islamic Education, Islamic Education Management

ABSTRAK

Pendidikan sebagai suatu team work yang saling berkaitan antara komponen yang satu dengan komponen lainnya pasti membutuhkan manajemen yang profesional. Manajemen sebagai komponen penting bagi sebuah lembaga pendidikan dapat mempengaruhi kualitas output pendidikan. Output yang sangat baik dihasilkan dari bagusnya kualitas pendidikan itu sendiri. Untuk melakukannya, tentunya banyak tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan. Oleh karena itu, manajemen pendidikan profesional adalah sebuah cara untuk mencapai kualitas yang baik secara efektif dan efisien. Artikel ini membahas tentang hakikat manajemen yang diimplementasikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pendidikan Islam. Sangat diharapkan bahwa generasi penerus yang berkecimpung dalam dunia pendidikan seperti akademisi, pendidik/guru, siswa, calon pendidik, dan/atau stakeholders akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang manajemen pendidikan. Dengan memahami manajemen pendidikan secara komprehensif, harapannya mereka dapat menerapkan pengetahuan itu di lembaga mereka sendiri, khususnya pada lembaga pendidikan atau instansi pendidikan Islam. Dengan demikian, penerapan teori manajemen pendidikan pada situasi nyata akan mengembangkan kemajuan output pendidikan seperti yang diharapkan masyarakat.

Kata Kunci: Hakikat Manajemen, Pendidikan Islam, Manajemen Pendidikan Islam


A.    PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu ranah yang terpenting dalam kehidupan manusia. John Locke, penggagas teori Tabularasa/teori Empirisme, mengatakan bahwa seorang manusia lahir ke dunia pada hakikatnya masih seperti kertas putih yang belum ternoda sama sekali (Tim MKDK IKIP Surabaya, 1994). Dalam keadaan seperti inilah kertas putih ini siap untuk dicoret-coret dengan pena. Artinya bahwa anak yang baru terlahir ke alam dunia yang fana’ ini siap untuk diajari oleh sang ibunda tercinta, sang ayahanda, keluarga, tetangga, dan lingkungan sekitarnya. Dengan pena yang ditorehkan oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya itulah maka anak kecil akan mulai merasakan pendidikan step by step sehingga anak tersebut akan berkembang menjadi seorang manusia dewasa, yang kelak akan bisa menjadi manusia dambaan orang tua, bangsa, dan agamanya. Di sinilah pendidikan sangat berperan penting bagi pembentukan karakter pribadi seseorang sehingga mereka mempunyai kepribadian yang luhur (berakhlak mulia). Dengan akhlak yang dimilikinya itu mereka selanjutnya akan bisa bermasyarakat yang kemudian akan terbentuk juga sosial karakternya.
Pendidikan merupakan suatu proses panjang ke depan yang harus dilalui oleh siapapun yang berkecimpung dalam proses pendidikan baik berperan sebagai subyek maupun sebagai obyek pendidikan. Dalam lingkup pendidikan Islam, pendidikan merupakan segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam ke dalam diri subyek didik. Usaha tersebut dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung dengan cara mempengaruhi, membimbing, melatih, mengarahkan, membina dan mengembangkan kepribadian subyek didik. Dengan usaha tersebut diharapkan terwujudnya manusia muslim yang berilmu, beriman, dan beramal shalih (Budiman, 2001).
Ketika melihat dan berinteraksi langsung dengan proses pendidikan di Indonesia dewasa ini rasanya ada perasaan bangga dan sedih. Merasa bangga manakala terlihat kondisi pendidikan yang mulai bangkit kearah tujuan semula yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai bukti misalnya banyak anak didik kita meraih juara dunia di bidang pendidikan, budaya, teknologi, dan lain-lain. Di sisi lain, akan terasa sedih disaat melihat dan merasakan sesuatu yang terpampang di depan mata sehingga tidak bisa menutup mata begitu saja.
Fakta menunjukkan bahwa saat berjalan-jalan terlihat betapa gedung sekolah tinggi menjulang, siswa dalam jumlah banyak, setiap tahun guru baru bisa masuk di sana, namun masyarakat melihat output pendidikannya di titik rendah. Ada kemajuan dari sisi kuantitas yang tidak dibarengi dengan kemajuan sisi kualitas. Sebaliknya jika kita melihat sekolah yang gedungnya biasa-biasa saja, jumlah siswanya relatif menengah dalam arti tidak banyak juga tidak sedikit dalam arti stabil tetapi bila masyarakat sekitar melihat dan bisa merasakan betapa bagus kualitas output pendidikan yang dicetak oleh sekolah tersebut, misalnya, para siswanya notabene sopan santun bila bersua, para gurunya disiplin dan profesional serta berbudi yang bila berinteraksi secara sosial kemasyarakatan merasa tidak pandang bulu, dan juga hasil lulusannya pun bagus dan bisa diterima oleh masyarakat sebagai users.
Dengan demikian nampaklah indikator secara jelas bahwa jika segi kualitas pendidikan (dimulai dari manajemen pendidikannya) dibangun maka akan melahirkan generasi-generasi yang handal. Namun sebaliknya, jika ada sisi kualitas yang tidak dibangun maka harapan untuk mencetak generasi bangsa yang unggul hanyalah sebuah impian belaka.
            Dari sedikit gambaran di atas manakah di antara kedua sekolah yang dipandang tersebut menjadi idaman bagi masyarakat luas? Tentunya sekolah yang mengedepankan mutu lah yang menjadi idaman banyak orang termasuk harapan penulis sebagai pendidik atau akademisi. Lagi pula mutu dari segi kualitas maupun kuantitas yang selalu dikedepankan dalam proses pelaksanaan pendidikan khususnya pendidikan Islam saat ini.
Pendidikan sebagai suatu team work yang saling berkaitan antara komponen yang satu dengan komponen lainnya tentu membutuhkan pengelolaan yang profesional. Manajemen merupakan salah satu komponen vital bagi sebuah lembaga pendidikan maupun institusi-institusi yang lain khususnya lembaga pendidikan Islam. Manajemen yang kurang bagus akan sangat berpengaruh terhadap mutu atau output pendidikan. Dengan demikian manajemen pendidikan merupakan suatu keniscayaan yang harus diterapkan dalam dunia pendidikan Islam saat ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain bahwa dengan manajemen pendidikan maka pendidikan (khususnya pendidikan Islam) dalam pelaksanaan tugasnya dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien akan tercapai tujuannya secara efektif (Mulyati & Komariah, 2009).
Pendidikan dapat dikatakan berkualitas jika berhasil menelorkan output atau lulusan yang sesuai dengan tujuan atau cita-cita pendidikan itu sendiri, sedangkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dalam proses pendidikannya banyak kendala yang dihadapi oleh pihak pengelola pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien, maka diperlukan diantaranya adanya manajemen yang profesional. Dengan melaksanakan manajemen pendidikan (manajemen pendidikan Islam) tersebut secara profesional, diharapkan bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
            Pembahasan dalam artikel ini diangkat dari makalah yang disampaikan dalam diskusi dalam perkuliahan saat penulis mengampu matakuliah Manajemen Pendidikan di Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Arrasyid Pondok Pesantren Al-Furqan Driyorejo Gresik Jawa Timur. Sebagaimana diketahui bahwa matakuliah Manajemen Pendidikan didesain untuk membantu mahasiswa agar dapat mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan Islam khususnya dalam aktivitas pendidikan atau pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran secara efektif dan efisien (Garis-Garis Besar Rencana Perkuliahan, 2009).
Tulisan ini berusaha mengungkap masalah tentang bagaimana hakikat manajemen dalam pendidikan di tengah-tengah krusialnya masalah pendidikan khususnya pendidikan Islam yang muncul ke permukaan dewasa ini. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengungkap dengan jelas hakikat manajemen yang diimplementasikan dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan Islam. Tujuan spesifiknya adalah  agar calon pendidik, pendidik, akademisi, dan generasi penerus pendidikan berikutnya bisa menyentuh dan memahami manajemen pendidikan untuk bisa diterapkan dalam dunia pendidikan Islam.
            Dalam pembahasannya hanya diuraikan mengenai hal-hal yang mendasar, yang sangat urgen dalam pemahaman menajemen pendidikan diantaranya adalah (1) manajemen dan manajemen pendidikan yang meliputi konsep manajemen, manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan Islam, (2) tujuan manajemen pendidikan, (3) prinsip manajemen pendidikan, (4) fungsi manajemen dalam pendidikan, (5) proses manajemen dalam pendidikan, dan (6) manajer pendidikan.

B.     MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Sebagaimana pentingnya manajemen dalam organisasi pendidikan yang sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan dan cita-cita pendidikan, berikut ini dijelaskan tentang konsep manajemen, manajemen pendidikan, dan manajemen pendidikan Islam.
1.      Konsep Manajemen
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris-Indonesia karangan Echols & Shadily (2006:372), management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan manajemen sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, seni, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan (Luther Gulick dalam Sulistyorini, 2009).
Selanjutnya Mary Parker Follet dalam Sulistyorini (2009) menambahkan bahwa manajemen bisa juga dipandang sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (the art of getting done through people), artinya bahwa seorang manajer dalam mencapai tujuan organisasi melibatkan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang telah diatur oleh manajer. Oleh karena itu ketrampilan yang dimiliki seorang manajer perlu dikembangkan baik melalui pengkajian dan pelatihan. Seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan konseptual yang berkaitan dengan planning , organizing, actuating, dan controlling (POAC), sehingga bisa menguasai seni memimpin yang berkaitan erat dengan gaya kepemimpinan yang tepat dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Manajemen juga dapat dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer yang diikat dengan kode etik dan dituntut untuk bekerja secara profesional. Dikatakan profesional, menurut Robert L. Katz dalam Sulistyorini (2009), seseorang harus mempunyai kemampuan konsep, sosial, dan teknik. Kemampuan konsep adalah kemampuan mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem, memahami perubahan pada setiap bagian yang berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan sosial (hubungan manusiawi) diperlihatkan agar manajer mampu bekerja sama dan memimpin kelompoknya serta memahami anggotanya sebagai individu dan kelompok. Adapun kemampuan teknik berkaitan erat dengan kemampuan yang dimiliki manajer dalam menggunakan alat, prosedur, dan teknik bidang khusus, seperti halnya teknik dalam perencanaan program anggaran, program pendidikan, dan sebagainya.
Stoner dalam Mulyati & Komariah (2009:86) mendefinisikan bahwa menajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota oraganisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Tentang manajemen ini, Mulyati & Komariah (2009:86) juga menyatakan bahwa terdapat tiga fokus konsep manajemen, yaitu:
a.       Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada ketrampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/ketrampilan teknikal, manusiawi, dan konseptual.
b.      Manajeman sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktifitas manajemen.
c.       Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Dari pikiran para ahli tersebut sehingga secara garis besarnya bisa dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang di dalam pelaksanaanya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Dengan demikian manajemen merupakan kemampuan dan ketrampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif, dan efisien.
2.      Konsep Manajemen Pendidikan
Suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda adalah manajemen pendidikan. Oleh karena itu tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenalnya. Istilah lama yang sering dijumpai adalah “administrasi”. Sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang tidak sama persis. Istilah “adminsitrasi” cenderung menunjuk pada pekerjaan tulis menulis, sedangkan istilah “manajemen” lebih cenderung pada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh pimpinan, yang lebih dekat pada kegiatan sebuah organisasi atau institusi.
            Dalam kaitannya dengan pendidikan, secara sederhana manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif. Namun demikian untuk mendapatkan pengertian yang lebih komprehensif, diperlukan pemahaman tentang pengertian, proses, dan substansi pendidikan (Mulyati & Komariah, 2009).
             Pendidikan merupakan proses timbal balik antara kepribadian individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan. Di sini mengandung arti bahwa pendidikan merupakan usaha yang diciptakan lingkungan secara sengaja dan bertujuan untuk mendidik, melatih, dan membimbing seseorang agar dapat mengembangkan kemampuan individu dan sosial.
            Hal ini selaras dengan apa yang dinyatakan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
            Dengan demikian pendidikan merupakan suatu sistem terencana untuk menciptakan manusia seutuhnya. Sistem pendidikan ini mempunyai berbagai bidang garapan dasar yang dikembangkan, antara lain bidang garapan: peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, keuangan, kemitraan dengan masyarakat, dan bimbingan dan pelayanan khusus.
            Apabila dikaitkan dengan pendidikan dan mengadopsi dari pengertian manajemen dari para ahli maka bisa dikatakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pidarta (1988) menambahkan, manajemen pendidikan adalah aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
            Dengan demikian manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktifitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian, pengawasan, penilaian, dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas (Mulyati & Komariah, 2009).
            Senada dengan pernyataan di atas, Mudyahardjo (2008) telah mengelompokkan manajemen pendidikan dalam sub-sub komponen, yaitu perencanaan, sistem pendidikan menurut tahap-tahap perkembangan (jenjang pendidikan) dan aspek-aspek pengembangan (jenis pendidikan), organisasi, administrasi, keuangan, pemasokan tenaga kependidiidikan, sistem evaluasi, dan penelitian.
3. Konsep Manajemen Pendidikan Islam
            Ramayulis (2008) menyatakan bahwa pengertian manajemen yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT yang artinya:
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As Sajdah: 5).

Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran-Nya dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah SWT mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin & Coulter, 2007). Sedangkan Siagian dalam Syaddad & Salim (2009) mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan demikian manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif.
Sementara itu pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat (Syaddad & Salim, 2009). Pendidikan Islam pada dasarnya adalah suatu proses mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat. Pengertian ini adalah pengertian pendidikan Islam dalam perspektif tujuan.
Sedangkan pengertian pendidikan Islam pada sudut pandang kelembagaan bisa diartikan suatu badan atau lembaga pendidikan Islam yang melakukan usaha pendidikan Islam dengan tujuan mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran Islam baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat.
Manajemen pendidikan Islam diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan Islam yang dilakukan oleh lembaga pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yakni mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat (Syaddad & Salim, 2009).
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

C.    TUJUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen dilakukan agar pelakasanaan suatu usaha pendidikan terencana  secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien.
1.      Produktifitas, adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktifitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah siswa yang masuk dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). Produktifitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang melainkan dilihat dari cara kerja proses pendidikan dan alat-alat pendidikan yang tersedia sehingga mendapat respon yang positif dari masyarakat dan bahkan mendapat pujian atas hasil kerja pendidikan. Kajian terhadap produktifitas secara lebih komprehensif adalah keluaran (output) yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
2.      Kualitas, hal ini menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan/atau kinerjanya (Pfeffer & Coote, dalam Mulyati & Komariah, 2009). Jasa/pelayanan pendidikan atau produk (output pendidikan) harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya (masyarakat luas). Dengan demikian mutu pendidikan adalah jasa/produk pendidikan yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan (masyarakat luas) sehingga mereka mendapat kepuasan.
3.      Efektifitas, adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya atau kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan (Etzioni & Sergiovani dalam Mulyati & Komariah, 2009). Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarkatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya yang hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektifitas dapat juga ditelaah dari: input yang merata, output yang banyak dan bermutu tinggi, ilmu dan output yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan pendapatan tamatan yang memadai (Engkoswara dalam Mulyati & Komariah, 2009).
4.      Efisiensi, hal ini berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing things right) sementara efektifitas adalah menyangkut tujuan (doing the right tings) atau efektifitas adalah perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input (sumber daya) dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.

D.    PRINSIP MANAJEMEN PENDIDIKAN
Tentang prinsip manajemen pendidikan, Fattah dalam Mulyati & Komariah (2009:91-92) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan ke dalam tiga ranah yaitu:
1.      Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran
            Bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi organisasi. Hendaknya organisasi merumuskan tujuan dengan tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi, misi dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan itu harus dirumuskan dalam satu kekuatan tim yang memiliki komitmen terhadap kemajuan dan masa depan organisasi.
            Prinsip manajemen berdasarkan sasaran sudah dikembangkan menjadi suatu teknik manajemen yaitu MBO (management by objective) sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terdapat stakeholders (pengambil kebijakan) untuk merumuskan visi, misi dan objective dinas pendidikan.
            Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, TU, komite sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas rencana startegis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO, yaitu:
a.       Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah.
b.      Menganalisis apakah hasil itu berkaitan dengan tujuan sekolah.
c.       Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan.
d.      Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran.
e.       Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran.
f.       Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan.
g.      Melakukan monitoring dan membuat laporan.
2.      Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang
            Keberadaan orang sangat penting dalam organisasi. Karena tanpa orang organisasi bukanlah apa-apa. Orang adalah penggerak organisasi yang perlu diperhatikan secara manusiawi kebutuhannya, tuntutannya, keinginannya, aspirasinya, perkembangannya, dan juga keluhan-keluhannya.
            Manajemen pendidikan berdasarkan orang adalah suatu aktifitas manajemen yang diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia. Manajer percaya bahwa perubahan organisasi dimulai dari perubahan perilaku yang akan berpengaruh terhadap perubahan sistem, struktur, teknologi, startegi dan tujuan organisasi. Aplikasi prinsip ini adalah memberikan peluang yang besar kepada staf untuk meningkatkan kemampuan melalui pelatihan/penataran atau studi lanjut. Di samping itu, manajer melaksanakan pelayanan manajerial berdasarkan menegerial effectiveness yang disesuaikan dengan kematangan staf.
3.      Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi
            Banyak aktifitas manajemen yang membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan akurat. Suatu aktifitas pengambilan keputusan sangat didukung oleh informasi begitupun untuk melaksanakan kegiatan rutin dan insidental diperlukan informasi yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan manajer dan pengguna mangakses dan mengolah informasi.

E.     FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN
Menurut Mulyati & Komariah (2009) manajemen hadir dalam organisasi adalah untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan efisien. Fungsi manajemen dapat ditelaah dari aktifitas-aktifitas utama yang dilakukan para manajer yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
Dengan mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, maka fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating), reporting, dan controlling. Namun dalam operasionalnya dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen pada tingkat/level makro/messo seperti Departemen dan Dinas dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan fungsi manajemen pada level institusi pendidikan mikro yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating, dan controlling.
            Fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan merupakan esensial pada setiap organisasi tidak terkecuali organisasi pendidikan. Namun dalam menginterpretasikan actuating pada dunia pendidikan lebih disesuaikan dengan karakteristik lembaga dunia pendidikan.
            Pada dunia pendidikan, istilah directing lebih tepat menggunakan leading dengan perluasan peran motivating dan facilitating. Pemakaian istilah motivating dan facilitating lebih filosofis dibandingkan dengan istilah  directing. Motivating mengandung makna membangun kepercayaan diri agar seluruh potensi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
            Selanjutnya dalam manajemen pendidikan fungsi kepengawasan dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada level sekolah, pengawas lebih berperan sebagai “quality assurance” dengan tugas supervisi sebagai upaya pembinaan terhadap staf untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan.

F.     PROSES MANAJEMEN
            Sebagaimana dijelaskan dalam konsep di bagian atas bahwa manajemen merupakan suatu proses yang sistematis dalam melakukan kegiatan organisasi. Proses manajemen secara umum mengikuti langkah-langkah merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan (Mulyati & Komariah, 2009).
1.      Merencanakan
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
Merencanakan pada dasarnya membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/metode yang dipilih untuk digunakan. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur itu dapat berupa pengaturan sumber daya dan penetapan teknik/metode. Keberadaan suatu rencana sangat esensial bagi organisasi karena rencana berfungsi untuk:
a.       Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai.
b.      Memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
c.       Organisasi memperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan.
d.      Menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktifitas yang konsisten prosedur dan tujuan.
e.       Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana.
f.       Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif sehingga bisa menemukan dan memperbaiki penyimpangan secara dini.
g.      Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuaian antara kegiatan internal dengan situasi eksternal.
h.      Menghindari pemborosan.
2.      Mengorganisasikan
            Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumber daya dan teknik/metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, lebih lanjut manajer melakukan upaya pengorganisasian agar rencana tersebut dapat dikerjakan oleh orang ahlinya secara sukses.
            Stoner dalam Mulyati & Komariah (2009) menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran. Dengan demikian mengorganisasikan berarti:
a.       Menentukan sember daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
b.      Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu membawa organisasi pada tujuan.
c.       Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu.
d.      Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan keleluasaan melaksanakan tugas.
            Mengorganisasikan sangat esensial dalam manajemen karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan pekerjaannya dan melalui pemilihan, pengalokasian, dan pendistribusian kerja yang profesional, organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
            Dalam mengorganisasikan seorang manajer jelas memerlukan kemampuan memahami sifat pekerjaan (job specification) dan kualifikasi orang yang harus mengisi jabatan. Dengan demikian kemampuan menyusun personalia adalah menjadi bagian pengorganisasian.
3.      Memimpin
Memimpin institusi pendidkan lebih menekankan pada upaya mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok fungsinya dengan baik. Menurut Stoner dalam Mulyati & Komariah (2009), memimpin adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi.
Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa dapat menjadi pengarah yang didengar ide dan pemikirannya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak semata-mata mereka cerdas membuat keputusan tetapi dibarengi dengan memiliki kepribadian yang dapat dijadikan suri tauladan.
4.      Mengendalikan
            Mengendalikan institusi pendidikan adalah membuat institusi berjalan sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan sampai kepada tujuan secara efektif dan efisien. Perjalanan menuju tujuan dimonitor, diawasi dan dinilai supaya tidak melenceng atau keluar jalur. Apabila hal ini terjadi harus dilakukan upaya mengembalikan pada arah semula. Dari hasil evaluasi dapat dijadikan informasi yang harus menjamin bahwa aktifitas yang menyimpang tidak terulang kembali.
            Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen, yaitu:
a.       Menetapkan standar kinerja.
b.      Mengukur kinerja.
c.       Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan.
d.      Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan.

G.    MANAJER PENDIDIKAN
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2009) menyatakan bahwa para manajer pendidikan pada tingkatan pengelola sistem pendidikan nasional adalah seorang policy maker bagi segala kegiatan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, baik di lingkungan organisasi sistem pendidikan, maupun pada lingkungan organisasi satuan pendidikan. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang menyangkut substansi (bidang garapan) manajemen pendidikan sangat tergantung kepada putusan-putusan yang ditetapkan oleh para manajer pendidikan sebagai pimpinan dan penanggung jawab kegiatan manajemen.
Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan kelembagaan sekolah akan banyak dipengaruhi oleh ketrampilan-ketrampilan (skills) dan wawasan (vision) yang dimiliki oleh manajer pendidikan dalam melaksanakan tugas, peranan dan fungsinya sebagai manajer pendidikan. Apabila manajer pendidikan memiliki visi, wawasan dan kemampuan-kemampuan profesional yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pimpinan dan penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan nasional, akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan secara efektif. Setiap peran ataupun tugas yang harus dilaksanakan para manajer pendidikan sebagai  pimpinan sekolah menuntut sejumlah ketrampilan (skills) khusus yang memungkinkan dapat melaksanakan tugas atau peranannya secara efektif.
Terkait dengan peran ataupun tugas manajer/pemimpin pendidikan, Prabowo (2008) menambahkan bahwa pekerjaan memimpin merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan manusia yakni memimpin berarti memimpin manusia, bukan benda, barang atau hewan. Karena obyeknya adalah manusia maka pemimpin sebagai manajer pendidikan harus mampu memperbaiki gaya berfikir manusia yang dipimpinnya dengan cara merubah peta berfikirnya atau juga disebut dengan mindset. Dengan demikian, agar sumber daya manusia (SDM) suatu lembaga yang dipimpinnya menjadi SDM yang unggul maka mindset orang-orang yang ada dalam lembaga tersebut harus dirubah dan dikembangkan  untuk dapat menjadi SDM yang unggul.
Itulah sebabnya sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai manajer/pemimpin pendidikan yang hebat maka lembaga tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu, jika sebuah lembaga pendidikan memiliki manajer/pemimpin pendidikan yang baik dan sekaligus memiliki kemampuan manajerial yang handal maka dapat dipastikan bahwa perkembangan lembaga tersebut akan sangat cepat untuk mencapai keunggulan.

H.    KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka bisa ditarik benang merahnya, yaitu bahwa manajemen dalam pendidikan sangatlah esensial di dalam proses pendidikan terutama kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah, khusunya bila manajemen tersebut diimplementasikan dalam dunia pendidikan Islam. Dengan adanya manajemen pendidikan, maka pelaksanaan tugas pendidikan Islam dengan mendayagunakan segala sumbernya secara efisien yang dilaksanakan dengan professional akan bisa mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Hal ini mengacu dari konsep manajemen pendidikan yang merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, efektif dan efisien.
 Dengan memahami manajemen pendidikan secara komprehensif, maka perlu diperhatikan dan direnungkan bahwa sebagai bagian dari sekelompok manusia yang cinta pada pendidikan khususnya pendidikan Islam, baik itu sebagai calon pendidik, pendidik, akademisi, kepala sekolah, dan/atau stakeholders pada institusi pendidikan, kiranya patut direkomendasikan untuk mengaplikasikan pengetahuan tentang manajemen ini pada institusi pendidikan Islam dimanapun berada.
Sangat diharapkan bahwa dengan menerapkan teori manajemen pendidikan dalam dunia pendidikan yang sebenarnya, secara real application, tentunya akan dapat meningkatkan kemajuan output pendidikan Islam sebagaimana menjadi idaman masyarakat luas. Dengan adanya perkembangan pendidikan Islam itulah, maka kiranya benar-benar membuktikan bahwa mereka menjadi bagian dari masyarakat luas yang dikategorikan mampu berperan aktif, turut andil, secara optimal dalam menciptakan nuansa perkembangan pendidikan nasional di negeri yang tercinta ini.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, M. N. (2001). Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Madani Press.
Echols, J. M. & Shadily, H. (2006). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Garis-Garis Besar Rencana Perkuliahan Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010. Gresik: STAI Arrasyid Pondok Pesantren Al-Furqan Driyorejo Gresik.
Mudyahardjo, R. (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyati, Y. S. & Komariah, A. (2009). Manajemen Sekolah. Dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan (h. 85-102). Bandung: Alfabeta.
Pidarta, M. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.
Prabowo, S. L. (2008). Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah. Malang: UIN Malang Press.
Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Robbin & Coulter. (2007). Manajemen (edisi kedelapan). Jakarta: PT Indeks.
Sulistyorini. (2009). Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras.
Syaddad, A. F. & Salim, A. (2009). Pengertian, dan Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan Islam (online). URL: http ://mpiuika.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 1 April 2009).
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tim MKDK IKIP Surabaya. (1994). Pengantar Pendidikan. Surabaya: University Press IKIP Surabaya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (online). URL: http://www.dikti.org/UUno20th2003.Sisdiknas.htm. (Diakses pada tanggal 1 April 2009).





0 comments:

Post a Comment